Jumat, 30 Mei 2014

Membuat Musibah Menjadi Anugerah

Membuat Musibah Menjadi Anugerah - Musibah demi musibah yang mewarnai kehidupan manusia boleh jadi adalah bukti dari kasihsayang Allah. Banyak cara Allah membuktikan cinta-Nya kepada kita, salah satunya dengan memberikan musibah. Musibah yang datang silih berganti janganlah kita anggap sebagai takdir buruk. Sebagai orang beriman, maknailah musibah itu dengan bijak

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
“Orang yang cerdas adalah orang yang mengenal dirinya sendiri (selalu bermuhasabah terhadap kekurangan-kekurangan diri) dan beramal untuk bekal setelah kematiannya.” (HR. Tirmidzi).
Saudaraku,

Orang yang cerdas dalam pandangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang mengenali diri sendiri. Persoalannya adalah sering kita mengenali kelebihan-kelebihan diri kita yang tak seberapa, namun kita tidak mampu meraba kekurangan-kekurangan, kelemahan dan aib yang selalu melekat pada diri kita.
Bahkan tidak jarang, kelebihan dan prestasi yang telah kita raih membuat kita ujub dan bangga diri, dan melupakan Zat yang telah melapangkan untuk kita jalan-jalan kemudahan dan meringankan langkah kaki kita untuk menggapai kesuksesan dan kejayaan tersebut. Padahal tanpa pertolongan dan bantuan-Nya, kita tak akan pernah menggapai apa yang kita impikan.
Dan hal ini tentunya merupakan bencana besar bagi kita yang sedang mengadakan perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berarti kita telah menambah beban berat di pundak kita. Yang akan menghalangi kita berjumpa dengan Zat yang Maha Agung lagi Maha Kuat.
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anh pernah berucap, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati seseorang yang menunjukan untukku kekurangan-kekuranganku.”
Kita akan sangat berterima kasih kepada orang yang berkenan memberikan informasi bahwa seekor ular berbisa masuk ke dalam rumah kita atau menunjukan noda kotoran yang ada pada baju dinas kita.
Tapi kita justru tersinggung, jika ada orang yang menyampaikan tentang kelemahan dan kekurangan bekal kita menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau sifat-sifat tercela yang dilihatnya dari kita. Atau kebiasakan buruk yang sering kita perbuat.
Kita bergembira, jika ada orang yang menyelamatkan kita dari gangguan yang akan mengancam fisik kita dan keluarga (seperti ular berbisa), tapi kenyamanan kita malah terusik, jika ada orang yang menjauhkan kita dari sengatan api neraka. Dengan mengingatkan kekurangan dan kealpaan kita serta sifat-sifat buruk yang harus kita benahi untuk menghadap-Nya.

Saudaraku,

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah, dalam karyanya “Mukhtashar Minhaj al-Qashidin” berbagi pengalaman untuk kita agar kita selalu mengenali kekurangan diri dan meraba aib-aib kita:

Berkonsultasi kepada seorang tokoh agama (terpercaya) yang mendalami persoalan ini (aib dan kelemahan diri), lalu ia menunjukan aib diri kita dan memberikan obat penawar agar kita terbebas dari penyakit yang mendera kita. Ia ibarat seorang tabib yang kita perlukan setiap saat dan kita harus selalu berdekatan dengannya.

Saudaraku,

Sebagaimana kita biasa bertanya kepada pakar bisnis, agar kita sukses dalam bisnis kita. Bertanya kepada pakar bidang pertanian, dengan tujuan agar kita berjaya dalam menggarap sawah ladang dan kebun kita. Dan seterusnya. Tapi jarang di Antara kita yang memiliki perhatian serius untuk selalu mengadakan konsultasi intensif kepada ahli agama, yang akan membantu kita meraih sukses di akherat sana. Dengan menunjukan kepada kita bekal-bekal meraih keberuntungan di sana. Dan kiat-kiat menjauhi aib dan kekurangan diri yang akan menghambat perjalanan kita ke sana.
Meminta salah seorang sahabat yang jujur, cerdas dan Islami sebagai pengontrol dan pengawas agar kita tak terjatuh ke jurang akhlak yang tercela dan ucapan yang mendatangkan kebencian-Nya.

Saudaraku,

Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Hudzaifah bin Yaman, apakah ia termasuk dalam kelompok orang-orang munafik. Ia pernah pula meminta kepada Salman al-Farisi untuk mendengarkan suara rakyat perihal kepemimpinannya.
Demikian pula di Antara sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika bertemu satu sama lain saling menanyakan tentang kabar keimanannya hari ini dan seterusnya. Berbeda dengan kita, jika bertemu dengan sahabat-sahabat kita, yang kita bicarakan adalah persoalan bisnis dan dunia. Seolah-olah hanya kebahagiaan dunia yang ingin kita gapai. Padahal kerugian dan kebangkrutan di akherat telah mengintai kita, wal ‘iyadzu billah.
Mendengarkan kelemahan-kelemahan kita dari lisan orang-orang yang membenci kita (para pesaing kita). Karena pandangan mata mereka teramat tajam menyisiri kelemahan-kelemahan diri kita.

Saudaraku,

Pernahkah kita mendengarkan suara-suara orang yang membenci dan memusuhi kita? Pernahkah kita meminta orang yang dekat dengan kita, untuk menulis makalah dengan judul “penilaian masyarakat dengan kita”.

Jika ini kita perbuat, mudah-mudahan kita akan mengenal kelemahan, kekurangan dan aib-aib kita dari orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi kita akan menangis, dengan banyaknya catatan buruk dan komentar miring dari orang lain tentang kita.
Yang sebelumnya kita merasa bahwa diri kita sarat dengan kelebihan, berhiaskan prestasi dan memiliki kemampuan dan pesona diri yang mengagumkan.
Ternyata di mata masyarakat, kita dikenal pribadi yang angkuh, sombong, memiliki kepribadian yang rapuh, mudah tersinggung, senang dengan pujian, pamer dengan amalan dan yang seirama dengan itu.
Bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat. Setiap tindakan dan perilaku mereka yang tidak kita sukai, kita jauhi dan hindari. (Karena jika kita berbuat seperti mereka, maka hal itu merupakan sebuah aib atau kekurangan yang dibenci pula oleh orang lain).

Saudaraku,

Jika kita mendengar keburukan dan aib kita dari lisan masyarakat, untuk perbaikan dan maslahat diri kita. Sebaliknya, kita amati dan pelajari sifat-sifat buruk dan perilaku mereka yang tak kita sukai, bukan untuk membeberkan aib mereka. Atau kita jadikan sebagai catatan dan raport buruk mereka, yang sewaktu-waktu bisa jadikan senjata untuk melumpuhkan mereka. Tapi tujuannya adalah agar kita dapat menjauhi sifat-sifat dan perangai buruk tersebut, agar kita dicintai oleh penghuni bumi dan langit sana.
Saudaraku,
Mengenali kelemahan diri, tidak akan memberikan faedah apa pun kepada kita, jika kita tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka mari kita lanjutkan pendakian kita menuju puncak ubudiyah dengan menambal kekurangan dan aib diri kita dan sudah barang tentu dengan selalu menambah ma’rifat kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Sudahkah kita menjadi orang yang cerdas? Wallahu a’lam bi shawab.

Minggu, 11 Mei 2014

Kleirvoyans

Cerpen ini aku persembahkan untuk Mama, Papa, kk ku..Thanks ya, Ma..MAma buat aku jd anak tegar seperti ini. Buat Oma jg...Buat my lover my Hiro,.thanks udah buat motivasiny.I love you honey.Untuk Sahabat"ku jg
Juga untuk orang yg selalu memberiku inspirasi...ko William.^^jg buat Guru guruku yg tercinta dan tmen temanku SMK,Universitas Negeri Semarang..love you all..semoga semua makhluk berbahagia...
....................................................................................................................
My Best friend, William (15 Maret 1991-28 Februari 2009) ^^
17 Oktober 2008
    Kesepian. Bagiku adalah kondisi yang paling menyakitkan. Aku begitu muak dengan kehidupan dunia ini, dunia yang sungguh mengerikan untuk aku tinggali. Jika aku diberi pilihan, aku ingin cepat pergi dan tak ingin terlahir kembali di dunia busuk ini.
Aku hidup bersama orang orang yang aku sayangi, di lingkungan yang ramai, di kerumunan banyak orang, namun mereka sama sekali tidak melihatku, apalagi mendengarku. Aku merasa berada ujung jurang, saat aku berteriak sekeras mungkin tak seorangpun yang memperdulikan aku.
   30 November 2008
    Semakin bertambah usia, semakin aku merasakan sifat “aneh” pada diriku. Aku sering sekali merasa kesepian ditengah keramaian yang aku lihat. Aku merasa orang orang hanya melihatku saat mereka membutuhkan aku saja, saat tidak dibutuhkan aku dibuang dan terasingkan. Aku seperti makhluk asing yang tak terlihat dimata mereka.
   “Mama, adakah orang yang tulus mau berteman dengan orang ‘autis dan idiot’ seperti aku?”
   “Autis? Idiot? Apa maksudmu?”
   “Bukankah dari dulu teman’’ku selalu anggap aku anak IDIOT ?”
   “Jangan dengarkan teman’’mu....”
   “Tapi dia bilang aku IDIOT.”
……..
    16 Desember 2009
    Aku sering sekali mengeluh kepada Mama, aku selalu merasa kesepian karena tidak mempunyai teman. Hingga akhirnya aku menyadari, bukan aku yang tidak mau berbaur dengan teman temanku, namun karena mereka kesulitan sekali untuk menerima aku .Tapi aku berusaha untuk mencari teman dekat walau hanya seorang saja! Aku ingin punya teman yang benar benar bisa memahami aku.
    30 Desember 2009
     Satu tahun yang lalu aku putuskan untuk bunuh diri dengan diam diam, didalam kamarku aku sediakan sebuah pisau tajam yang biasa dipake Mama buat memotong sayur. Ini memang tindakan bodoh pertama kali aku lakukan, aku harap setelah mati pasti jiwa aku lebih tenang tanpa beban, tidak adalagi orang yang membuat aku semakin tertekan dan menderita. Tapi kali ini aku gagal, Pisau itu dipinjam Mama buat memotong kubis.
    Kedua kalinya! aku ingin gantung diri didalam kamar, dengan cara ini aku akan lebih cepat mati tanpa merasa terlalu kesakitan. Saat mama masuk pintu kamarku, dia pasti syok lihat mayatku tergantung di kamar. Itu lah yang aku inginkan! Aku telah siapkan seutas tali  yang siap mencekik leherku.
Saat Mama datang, dia menangis dan memelukku seerat mungkin.Aku tidak sanggup lagi membendung air mata, aku hanya bisa menangis dengan membenamkan kepala aku didalam pelukan Mama.

                                                                                   ****
      11 Agustus 2012        
Aku percaya sama Mama, tapi apakah semua itu hanya berupa janji palsu? Tapi selalu kk  ku menyakitiku lagi kali ini mereka sangat membuat aku sakit hati! Kenapa kk ku  jahatin Mama terus?
      Aku kasian sama Mama, dia mencari uang sendiri untuk menyekolahkanku, sekarang masih menyelesaikan S1  di Semarang, semua itu pasti adalah beban buat Mama. Tapi saat itu aku benar benar tidak tau diri, sempat sempatnya aku minta Laptop lah, HP baru lah, dan lain sebagainya. Bahkan aku sering mengancam Mama jika permintaanku tidak dituruti. Mama nggak adil, Kakak minta apa aja selalu dikasih, giliran aku pasti entar entar terus. Mama apa pernah manjain aku? Bahkan baju saja harus pake bekas dari kakak aku.
     Kali ini Mama dan kk ku sempetnya berantem di depan aku! Aku sakit ,kk! Aku sakit liat kalian berantem terus! Lebih baik kalian pergi saja kalo memang itu yang terbaik! Tapi jangan pernah anggap aku sebagai anak n adik kalian lagi! Anggap saja aku orang lain saat kita ketemu nantinya. Aku benci kk ku yg satu itu! Dan selamanya aku tidak ingin kenal sama dia. Memang dari kecil aku tidak pernah dekat sama dia, karena dia jahat! Jangan nyakitin Mama ku.
     Rasa putus asa ku semakin menjadi jadi saat aku putusan untuk pergi dari rumah, ya! aku memang kabur dan ingin lenyap dari dunia ini. Ketiga kalinya aku beranikan diri untuk bunuh diri, kali ini aku ingin bunuh diri dengan cara paling menyakitkan! Yaitu dengan melompat dari jempatan penyeberangan saat jalan raya ramai. Mungkin tubuh ku akan hancur, wajahku akan rusak dan mayatku tidak akan pernah dikenali lagi! Ide bagus! Aku nggak takut untuk mati!
Aku ingin tidak dikenal lagi oleh keluargaku!Aku akan hilang..papa,Mama, kakak maafin Aku ya?Papa, Maafin aku ya….
                                                                       ****
     Tiba tiba aku melihat seperti ada Mama didepanku, aku dipeluknya dengan luapan air mata, aku merengek lagi! Aku memang cengeng saat aku amati tapi dia bukan Mama. Ternyata itu hanyalah ilusiku.
            “Hei, bocah. Kenapa elo pengen bunuh diri?” tiba tiba terdengar lagi suara seorang cowok mencegahku melompat dari jembatan penyeberangan itu.
            “Karena hidup itu nggak enak!” jawabku dengan kesal dengan cowo yang nggak ku kenal itu yang sok akrab.
            “Mati juga nggak enak. Siapa bilang mati itu enak?”
            “Emang kamu pernah mati? Lagian apa urusanmu sama aku?”
            “Elo masih muda, ngapain elo pengen mati cepet? Elo tau nggak dirumah sakit setiap hari banyak pasien yang mati karenasakit? bersyukur  deh,elo masih bisa hidup dan bernafas!”
            Aku hanya terdiam dengan ucapan cowok itu, memang ada benarnya. Namanya adalah William, dia bilang bahwa dia sekarang masih kelas XII SMA Kanisius . William tanya, kenapa aku bisa nekat pengen bunuh diri? Aku bilang karena aku kesepian, di sekolah, dirumah, bahkan dimanapun aku berada,
            William terdiam, aku tidak menyangka ternyata dia menangis, ini adalah untuk pertama kalinya seorang cowok menangis dihadapanku. Apa yang aku ceritakan mengingatkan dia sama Mamanya yang ada di Jakarta. Dia dibesarkan dari keluargabroken home, Orang tuanya bercerai saat dia masih usia 7 tahun, sekarang dia tinggal bersama Tantenya. Dia sangat merindukan saat orang tuanya bersama sama dalam kebahagiaan keluarga. Baginya itu sangat mustahi, karena Papanya sudah menikah lagi.
            Malam itu aku begitu nyaman bisa curhat sama William, dia anak yang baik. Dia bisa mengerti keadaan dan perasaanku karena kami sama sama memiliki nasip yang sama Tapi aku punya prinsip seperti bunga teratai. “Bunga teratai tetap cantik dan berbau harum meski tumbuh dikolam yang berlumpur.”
            William bilang “Banyak orang perpikir kalo anak yang lahir dilingkungan keluarga Broken Home, pasti jadi anak yang nggak bener.”
            “Itu salah besar! Baik buruknya seseorang itu adalah pilihan! Tidak selalu ditentukan oleh faktor lingkungan, bisa saja anak yang dari keluarga yang baik baik malah jadi teroris, atau dari keluarga yang hina terlaknat sekalipun bisa menjadi pemuka agama. Hidup adalah pilihan, orang menjadi baik atau jahat itu adalah pilihan mereka.”
            Sejak kejadian malam itu, aku menjadi berteman akrab dengan William. Dia sering main kerumahku di tegal, bahkan tidak jarang juga kami sering hang out di Semarang bersama. Semenjak ada William, hidupku yang hitam putih berubah penuh warna karena kebersamaan kami.  “Thanks God….Akhirnya aku memiliki seorang sahabat!”
            Setiap kali pulang sekolah, aku sering mengajaknya ke rumah, sekedar mengajariku Bahasa korea dan Bahasa Inggris, William pinter dalam pelajaran bahasa Inggris dan korea, sering sekali PR ku dia bantu untuk mengerjakan, padahal aku tidak memintanya. William sangat baik,ramah dan benar benar memiliki perasaan empatik yang tinggi. Dia sering merasa jatuh kasian sama orang lain meski tidak mengenalnya, sifatnya sama persis dengan ku.
 Aku juga senang bisa berteman dengan William, He is my best friend! Aku belum pernah menemui seorang teman seperti dia.
Hari ini aku mengajak William kerumahku lagi, dia bilang mau ngajarin aku Bahasa korea, aku senang sekali.  Dia sering bilang kalo dari kecil Mamanya terbiasa mengajarkan dia bahasa korea sejak kecil, dia jadi sedih karena teringat sama Mamanya, aku mencoba menghiburnya. “Kamu bukan William yang aku kenal kalo kamu menangis! Hey, cowok nggak boleh cengeng!” kataku mengejeknya. Tapi bukanah aku dulu juga cengeng?
                                                                                 ****
            Aku sering menceritakan William sama Mama, dia ikut merasa senang karena akhirnya aku memiliki sahabat dan aku nggak merasa kesepian lagi. Mama menyarankan aku untuk mengajak William ke rumah, tapi aku bilang bahwa aku sering mengajak William ke rumah dan main game dan belajar bersama di kamar.
            “Mau buat apa?” tanya Mama kepadaku saat aku kedapur mengambil  dua gelas kosong.
            “Buat minum, Ma. William datang kesini.” Jawabku.
            “Oh, ya udah. Ajak dia makan siang saja sekalian disini.”
Aku mengisi dua gelas itu satu untukku dan satu untuk William lalu membawanya ke kamar. Aku lihat William masih sibuk membaca buku di kamarku, aku bilang kalo Mama udah nyiapin makan siang buat kami berdua. Awalnya William menolak karena dia mengaku masih kenyang, tapi karena aku paksa akhirnya dia mau juga.”
            Biasanya setiap malam minggu aku menghabiskan malam mingguan bersama William dengan ditemani laptop kesayanganku di kamar, tidak jarang juga William sering menginap di rumahku. Suatu malam itu, aku bilang sama Mama kalo William mau menginap dirumahku Mama memperbolehkan. Tapi saat dia masuk ke kamar untuk  memberian selimut untuk William, ternyata William nggak ada di kamar. Mama heran, tapi William bilang kepadaku kalo waktu mama mencari William, dia masih di kamar mandi.
                                                                                       ****
            William tidak mau memberikan nomor HP nya kepadaku, jadi dia hanya datang setiap kali kalo dia mau saja. Bahkan saat aku mau minta Akun Facebooknya, dia cuman bilang akun facebooknya sudah tidak aktif  karena terblokir. Tapi aku berusaha mencari Akun Facebooknya secara diam diam, akhirnya ketemu, hanya saja dia memang pasif  dan tidak pernah Online.
           “William, add permintaan pertemannanku dong..”
            “Dari mana elo tau FB gue? gue jarang online.”
            “Yaudah, pake Laptopku aja gih…”
             “Gue nggak mau.
             Suatu sore saat aku bercakap cakap di ruang tamu, suara tertawa  kami sangat keras sehingga Mama terbangun karena berisik. Aku minta maaf sama Mama , karena aku memang lagi keblabasan bercanda sama William.
Sampai akhirnya mama curiga kepadaku setiap kali aku mengajak William ke rumah, mama bilang kalo aku selalu menyembunyikan William. Mama takut kalo William adalah anak nggak bener, tapi aku yakinkan Mama kalo William adalah anak yang baik baik.
            “William itu seperti apa orangnya?”
             “Bukankah Mama sudah tau William? Dia itu cowok yang kemarin duduk ngobrol bareng diruang tamu sama aku? Masa mama lupa?”
             “Mama berani sumpah! Dari awal sampai akhir kamu cuman sendirian duduk diruang tamu. Bahkan dari awal Mama tidak pernah melihat kamu pulang bersama temanmu itu. Kamu cuman berkhayal, nduk.”
Aku begitu syok dengan perkataan Mama. William itu bukan khayalan aku, dia selalu membantuku ngerjain PR bahasa Inggris dan korea, dia selalu main kerumah untuk mengajakku bermain game bahkan sering aku hang out bareng dia.
Sore itu aku sedikit terguncang batinku, Mama berniat mengajakku ke seorang Psikiater kenalan Mama. Sungguh sikap Mama membuat aku tersinggung sekali!
             “Aku tidak gila Ma! Apa Mama Pikir aku udah gila?”
            “nduk, nurut apa kata Mama!”
           “Tapi aku nggak gila.”
            “Psikiater bukan untuk orang gila.”
             “Aku nggak mau!
             Aku mengurung diri seharian di kamar, tiba tiba William muncul dari balik Jendela dia mengajakku keluar, akupun melompat dari jendela dan aku mengajaknya pergi untuk makan.
             Kami berdua memutuskan makan disebuah warung makan yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Aku memesan dua Es Teh dan dua porsi Mie Ayam bakso  kesukaanku.
           “William, Kenapa nggak kamu makan?”
            “Gue udah kenyang. Kalo elo masih lapar makan aja lagi.”
           “Aku udah kenyang juga.”
           Setelah itu aku ingin mencuci tanganku di wastafel, yang kebetulan wastafel itu dilengkapi oleh cermin sehingga aku bisa sekalian bercermin didepannya, tiba tiba seorang pelayan warung itu menegurku.
           “Lho,Dek. Kamu mesen Mi ayam 2 mangkok, yang satu buat siapa?”
           “Buat temenku, mbak. Tapi dia masih kenyang.”
           “Temen? Bukannya adik datang sendirian ya?”
           Lagi lagi aku tercengang. Aku menatap William yang tengah duduk di meja tadi, dia masih ada, aku semikin bingung dengan semua ini, kenapa setiap orang melihat aku selalu sendirian, padahal aku selalu bersama William.
Malam harinya aku curhat sama William, kebetulan dia main kerumahku lagi. Saat aku sadang menyisir didepan cermin aku sungguh terkejut saat aku melihat bayangan William didalam cermin tidak ada, tapi saat aku lihat secara langsung William masih terlihat asyik bermain laptopku. Sekali lagi aku amati bayangan dia dalam cermin! Aku kucek mataku, bahkan aku memakai kaca mata ku. Bayangan William tidak ada dalam cermin. Sisirku jatuh . Sehingga membuat William terkejud juga.
          “Kamu kenapa, nduk?”
           Aku tidak bisa menjawab, aku menatapnya dengan mata berkaca kaca. Aku ingin menangis, tapi aku masih takut. Aku sekarang takut! Badanku merinding! William siapakah kamu sebenarnya! Jujur! Aku yakin kamu bukan manusia! Jawab aku!
           William hanya terdiam, dia menunduk. Kenapa setiap hari aku selalu melihatmu memakai seragam yang sama? Kenapa orang lain selalu melihatku sendiri meski saat itu aku bersama dengan kamu, siapakah kamu?  Aku merasa jiwaku sangat terguncang! Aku minta dia untuk segera pergi! Aku ingin menenangkan jiwaku untuk sementara. Aku yakin ini adalah hanya mimpi. William tetaplah William, sahabatku.
                                                                                          ****
            Suatu hari di Facebook, aku kebetulan chattingan dengan temen William. Aku add dia dari daftar keluarga William dari facebooknya yang memang tidak diprivacy meski dia belum mengkonfirmasi pertemannanku.
            “Kamu teman nya William?”
            “Iya,Dulu dia teman sekelas gue, elo juga kenal dia ya? ”
             “Selamat Ujian ya, semoga lulus. ”
             “Eh, Ujian? gue udah lulus 3 tahun lalu, sis. Gue udah kuliah semester enam…”
             “Lho William bilang dia kelas XII?”
            “Ya Tuhan...Eh, sis.William udah meninggal tahun 2009 lalu.”
             Jemariku bergetar merinding, wajahku berubah mejadi pucat sekali. Aku tidak kuasa membalas Chattingan dari teman William itu.
             Dia bilang William meninggal tiga tahun lalu, Tepatnya pada tanggal 28 Februari 2009 karena kecelakaan menghindari sebuah Mobil. Setelah menghindar dari Mobil,  Motor William justru menabrak pembatas jalan dan ia terpental terjatuh dengan kepala membentur aspal dengan helm yang sudah lepas, lalu tubuhnya di hantam oleh sepeda motor. Nyawa William tidak dapat tertolong lagi sebelum dibawa ke rumah sakit.
William? Dimana kamu?? Aku menangis meratapi layar laptopku. Aku syok berat. AKu harap aku hanya dikerjain sama temen William. Tapi? Dia tidak mungkin bohong. William! Kamu tetap sahabat aku kan? Jangan kabur begitu saja!
                                                                                         ****
      Maafin w ya nduk gw jg ngerti kita punya jalan masing masing, tapi gw arap elo kagak merasa keberatan kalo gw ikutin selama ini , gw emang akui sering jailin elo, but anyway, gw cuman pengen ngehibur elo.. Elo mau kan jd sobat gw....?
         Gw mau , gw kgak maksud pnjem tbuh elo, gw akuin seh gw  pengeen idup lg di dunia ini dngn tubuh gw sndri....
         Gw pengen sekali lagi pengen bernafas sbg dri w sndri. Tp Tuhan udah puny kehendak lain bwt idup gw ini. Gw kagum ama elo nduk  elo ttp bisa bersabar dan bersikap baik ama mreka. Walaupun mereka slu jahatin elo d hina’’ di belakang elo
        biar gw udah mati, w  bkalan ttp idup d dlm dri elo.... i live inside you...my friend! 

Writter by :Yurianti Taslim







Jika pergi berlayar, jangan hanya bawa pelampung, tapi juga attitude, karna attitude yg baik bisa menyelamatkanmu ketika pelampung rusak.